Rabu, 20 November 2013

Ing Ngarsa Sung Tuladha

Terdapat wulang reh dalam "Serat Rama dan Asta Brata (3): Memimpin Harus “Krama Tuhu” dan “Aja Atinggal sarat” Dikisahkan pada bait ke 13 dan 14 pupuh Pangkur, bahwa seluruh aparat dan “wong cilik” dengan seluruh keluarganya tidak ada yang ketinggalan, semua bangkit untuk menjadi baik (milu tangi nedya ayu). Dua baris terakhir bait ke 14 menutup dengan kata-kata:  marmane wajibing raja agawe tuladan bêcik (oleh sebab itu kewajiban raja adalah memberikan keteladanan). Lengkapnya bait ke 13 dan 14 sebagai berikut:


Pemimpin adalah panutan.Untuk menjadi pemimpin yang baik, "keteladanan" adalah kuncinya.

Semua mengikuti kelakuan pimpinannya, bahkan akan lebih seru, seperti dikatakan dalam peribahasa Indonesia: Guru kencing berdiri murid kencing berlari. Bila kita merujuk kepada ucapak Ki Hajar Dewantara: “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” maka posisi kalimat pertama: “ing ngarsa sung tuladha” ini penting sekali. 
Sumber : Iwan M Muljono, Iwan M Muljono.blogspot.com 


Sekali lagi, "Pemimpin adalah panutan". Kelakuannya, yang baik maupun yang buruk (ing reh ala becik), akan ditiru seluruh rakyatnya (yekti tiniru sajagad). Yang baik akan ditiru baik, yang buruk akan ditiru buruk (ala ya tiniru ala yèn abêcik pêsthi tiniru bêcik). Demikian disebutkan pada bait ke 15 dan 16 pupuh Pangkur sebagai berikut:

  


Sumber : Iwan M Muljono, Iwan M Muljono.blogspot.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar